🥅 Adat Istiadat Nusa Tenggara Barat
Syanella Jakarta, Indonesia. 776 likes. A walking art and a walking movement that helps changes the world into a better place; For you, For me, For all
SUKUBIMA NUSA TENGGARA BARAT Disusun oleh: Hilda Nur Fauziah 54414989 1IA02 UNIVERSITAS GUNADARMA ATA 2014/2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan dengan berbagai keanekaragaman suku ditiap-tiap daerah yang telah diwariskan dari nenek moyang ke generasi-generasi berikutnya, salah satunya adalah provinsi
kebiasaanatau adat istiadat suku dan budaya itu sendiri, 2). Makna yang terkandung dalam struktur bentuk rumah, dalam rumah tradisional suku Donggo Bima Nusa Tenggara Barat, antara lain sebagai berikut: 1. Dapat bermanfaat sebagai referensi mahasiswa program studi Pendidikan Seni
StrukturRumah Adat Lamin Kalimantan Timur. Mengutip Rumah Belajar, rumah lamin umumnya dibangun dengan panjang sekitar 300 meter, lebar 15 meter, dan tinggi kurang lebih 3 meter. Ukurannya yang besar menjadikan rumah lamin cukup luas untuk dihuni sekitar 25 hingga 30 kepala keluarga. Struktur dan bentuk rumah adat lamin dipengaruhi oleh
19 Pakaian Tradisional Nusa Tenggara Timur . Pakaian Adat Tradisional Nusa Tenggara Timur. Ti’langga merupakan aksesoris dari pakaian adat tradisional untuk pria Rote, Nusa Tenggara Timur. Untuk wanita, biasanya mengenakan baju kebaya pendek dan bagain bawahnya mengenakan kain tenun.
SupayaAnda bisa mengenali jenis-jenis rumah adat NTB dengan lengkap maka artikel kali ini akan membahas mengenai: Geografis Wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) Rumah Adat NTB: Bale Lumbung Rumah Adat NTB:
17Nusa Tenggara Barat Sasak, Mbojo, Dompu, Tarlawi 18 Nusa Tenggara Timur Sumba, Flores, Alor, Roti, Bima Menghargai adat istiadat dan budaya warga yang berbeda b. Menciptakan kerukunan dalam masyarakat yang majemuk seperti kerukunan dalam sebuah keluarga.
BajoPulo Nusa Tenggara Barat. Pulau yang Memiliki Pemandangan Sangat Indah, Asri dan Alami. Di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdapat beberapa pulau yang sudah terkenal sampai ke mancanegara, salah satunya adalah pulau cantik yang bernama Bajo Pulo yang merupakan pulau wisata yang masih sangat alami dan patut untuk dikunjungi.Bajo Pulo adalah sebuah pulau
Peranmasyarakat adat dalam menjaga nilai dan norma melalui adat-istiadat turut memperkaya keragaman budaya masyarakat. Oleh karena itu, keberadaan pranata adat menjadi vital dalam upaya menjaga adat istiadat. Nusa Tenggara Barat. “Perlu kerjasama yang baik antara pusat hingga daerah sehingga akan memudahkan terlaksananya kegiatan ini
. Upacara Adat Nusa Tenggara Barat Penduduk Nusa Tenggara Barat memiliki sejumlah upacara adat yang berhubungan dengan lifecycle daur hidup manusia mulai dari peristiwa kelahiran hingga kematian. Upacara adat tersebut diselenggarakan secara turun temurun oleh masyarakat. Dalam ritual upacara itu, diadakan sesaji dan selamatan. 1. Upacara Adat Kelahiran Upacara ini diadakan untuk menyambut kelahiran sang bayi. Wanita yang hamil untuk pertama kalinya biasanya mengadakan suatu upacara pada usia kandungan tujuh bulan. Oleh suku bangsa Sasak upacara ini disebut biretes, sedangkan oleh suku bangsa Sumbawa disebut bisetian. Suku bangsa Bali di Lombok menyebutnya nelahin basang. Upacara ini bertujuan untuk memberi keselamatan kepada calon ibu dan bayinya yang masih dalam kandungan. Di kalangan Suku Sasak, proses kelahiran biasanya dibantu oleh seorang dukun beranak yang disebut belian, yang mengetahui seluk-beluk proses melahirkan. Apabila seorang wanita mangalami kesulitan melahirkan, belian menafsirkan bahwa hal itu terjadi akibat tingkah laku buruk wanita tersebut sebelum hamil, misalnya berlaku kasar pada ibu atau suaminya. Oleh karena itu, diadakan upacara, seperti menginjak-injak ubun-ubun, meminum air bekas cuci tangan, dan sebagainya. Upacara itu bertujuan untuk mempercepat kelahiran sang bayi. Setelah bayi lahir, diadakan upacara perawatan ari-ari. Menurut orang Lombok, ari-ari adalah saudara bayi. Mereka menyebutnya adi kaka yang artinya bayi dan ari-arinya adalah adik-kakak. Untuk itu ari-ari mendapat perawatan khusus. Mula-mula ari-ari dibersihkan lalu dimasukkan ke dalam periuk atau kelapa setengah tua yang sudah dibuang airnya. Setelah itu periuk atau kelapa tersebut ditanam di depan tirisan rumah dan diberi tanda berupa gundukan tanah seperti kuburan serta batu-batu nisan dari bambu kecil dan diletakkan pada tempat tersebut. Berbeda dengan masyarakat Sasak, orang-orang di Desa Bantek melakukan perawatan ari-ari dengan cara meletakkannya di buah kelapa yang sudah dipecah kemudian direkat kembali dengan adonan tanah liat dan dibungkus kain putih. Setelah itu ari-ari diletakkan di atas tiang bambu yang disediakan di sudut pekarangan atau kebun. Orang-orang Boda, meskipun tinggal di Desa Bantek, juga mempunyai cara berbeda dalam merawat ari-ari. Setelah bayi lahir, ari-ari dimasukkan ke dalam tempurung kelapa muda, yang disebut kemalam, dan ditidurkan bersama bayi tersebut. Setelah bayi berumur enam bulan, diadakan upacara menunang meloga yang dipimpin oleh seorang belian. Dalam upacara itu ari-ari bayi ditanam di dalam rumah tempat bayi itu dilahirkan dan dibesarkan. Saat bayi berumur tujuh hari, masyarakat Nusa Tenggara juga menyelenggarakan suatu upacara. Di Lombok, upacara ini disebut Molangmali. Pada usia tujuh hari ini pusar bayi diperkirakan sudah gugur. Pada saat itulah bayi diberi nama. Belian mengoleskan sepah sirih di atas dada dan dahi sang bayi dan ibunya. 2. Upacara Turun Tanah Upacara ini diadakan setelah upacara molangmali saat bayi pertama kali diperbolehkan keluar rumah. Bayi itu diturunkan ke atas tanah sebanyak tujuh kali dengan ketentuan. Untuk bayi perempuan diturunkan di tempat terdapat alat menenun dan untuk bayi laki-laki diturunkan di tempat terdapat alat pertanian. 3. Upacara Pemotongan Rambut Di daerah Lombok, upacara pemotongan rambut ini disebut ngrusiang. Upacara ini berupa upacara selamatan atau doa yang dimaksudkan untuk menghilangkan rambut yang dibawa lahir oleh bayi yang disebut bulu panas. Dalam upacara ini keluarga bayi mengundang orang untuk membacakan serakalan. Kemudian ayah si bayi atau seorang laki-laki menggendong bayi itu dan berjalan mengelilingi orang-orang yang membaca serakalan. Lalu orang-orang tersebut satu per satu memotong sedikit rambut bayi. Saat upacara ini dilaksanakan orang yang menggendong bayi mengenakan alat penggendong yang disebut sabuk kemali. Sabuk ini dianggap sakti atau keramat karena cara membuatnya dan menyimpannya berbeda dengan sabuk yang lain. Pada masyarakat Sumbawa, upacara ini disebut gunting bulu, sedangkan masyarakat Bima menyebutnya boru ru dure. Upacara ini dilaksanakan ketika bayi berumur beberapa bulan sebelum bisa duduk. 4. Upacara Khitanan Di daerah Lombok, upacara ini disebut nyunatang dan diperuntukkan bagi setiap anak laki-laki yang berumur 5-7 tahun. Akan tetapi, kadang-kadang anak berusia 4 tahun pun melakukan upacara ini. Anak laki-laki yang sudah dikhitan berarti dia sudah menginjak ke arah kedewasaan. Khitan dilakukan oleh seorang dukun sunat yang disebut tukang sunat. Di daerah Bayan tukang sunat merupakan pekerjaan turun-temurun yang dinamakan raden penyunat. Setelah melaksanakan tugasnya, biasanya tukang sunat diberi imbalan berupa jajan, beras, dan uang adat atau kepeng belong sekadarnya, benang, serta cangkir. Di Bayan raden penyunat diberi beras, yaitu beras yang diisi dalam bokor lebih kurang dua kilogram, disertai kepeng belong, lekesan, dan empat buah kelapa bekas diduduki anak yang dikhitan. Sebelum dikhitan biasanya anak diharuskan berendam terlebih dahulu. Saat pergi dan pulang berendam anak itu diusung di atas juli yang disebut dengan peraja dan diiringi dengan gamelan. Di daerah Sumbawa upacara khitanan ini disebut basunat. Setelah seorang anak disunat dilakukan upacara tuning berang untuk membersihkan diri dengan air dari dukun. 5. Upacara Potong Gigi Upacara ini dilakukan oleh seorang anak yang menjelang dewasa. Oleh masyarakat Bima upacara ini disebut ndoso. Orang Bali di Lombok Barat menyebutnya mepandes dan orang Sasak menyebutnya merosoh. Namun sekarang upacara ini jarang dilakukan. 6. Upacara Adat Perkawinan Di Nusa Tenggara Barat adat istiadat perkawinan terdiri dari beberapa tahap, sebagai berikut. Tahap Menarih atau Belatoan Bertanya Pada tahap ini seorang gadis ditanya tentang kesediaannya untuk menjadi istri seorang pemuda. Pertanyaan mengenai hal tersebut disampaikan melalui seorang perantara yang disebut subandar atau jeruman. Di daerah Sumbawa tahap ini disebut bekatoan, sedangkan orang Sasak menyebutnya menarih. Tahap Panati Melamar Apabila si gadis menyatakan kesediaannya menjadi istri, dilakukanlah lamaran secara resmi yang disebut panati. Semua pembicaraan dalam proses lamaran ini menggunakan bahasa puitis dalam bahasa daerah. Kemudian keluarga pihak pemuda memberi talijangi sebagai tanda pengikat. Di kalangan Suku Sasak dan Bali di Lombok, apabila si gadis sudah menyatakan sanggup untuk menikah, saat itu juga ditentukan hari atau malam apa si gadis akan dibawa lari oleh si pemuda. Biasanya si pemuda melarikan si gadis pada malam hari. Tahap Sebo Melarikan Gadis Tahap ini hanya berlaku untuk suku bangsa Sasak. Sebo berarti sembunyi. Maksudnya gadis yang dilarikan si pemuda disembunyikan di sebuah keluarga atau rumah sahabat. Pada saat proses sebo berlangsung, baik si gadis maupun si pemuda tidak boleh terlihat oleh keluarga pihak perempuan. Atau kalau tidak, mereka akan mendapat deosan atau sanksi adat berupa denda. Tahap Sejati Utusan Jika si gadis berhasil dilarikan selama satu atau dua hari, orang harus melakukan sejati, yaitu memberi tahu orang tua si gadis bahwa anaknya telah dilarikan oleh pemuda disebut namanya untuk dijadikan istrinya. Tahap sejati ini dilakukan oleh dua orang laki-laki yang berpakaian adat. Tahap Selabar Pertunangan Tahap ini diadakan dua atau tiga hari setelah sejati dilakukan. Selabar ini dilaksanakan oleh dua orang yang melakukan sejati, yang dinamakan pembayun. Dalam selabar ini dibahas mengenai pertunangan, besar kecilnya mahar mas kawin, pemilihan wali, bayar adat, denda-denda adat jika ada, dan penentuan hari pelaksanaan sorong serah tahap setelah selabar. Di beberapa desa yang merupakan pusat agama Islam, selabar ini disebut nbeit wali, yang artinya mengambil wali. Dalam acara ini dibicarakan semua persoalan yang menyangkut pelaksanaan upacara dan pernikahan. Pembicaraan tersebut melibatkan utusan pihak laki-laki dan perempuan. Tahap Sorong Serah dan Nyokolang Tahap ini merupakan tahap paling penting dalam upacara perkawinan. Pada tahap inilah masalah-masalah adat yang timbul dari perkawinan diselesaikan. Persoalan-persoalan tersebut antara lain menyangkut soal materiil, keluarga pihak laki-laki dan pihak perempuan, dan krama gubuk. Sementara itu, nyokolang merupakan upacara permohonan maaf atas kesalahan yang dilakukan calon pengantin laki-laki pada orang tua pihak wanita, yang sekaligus permohonan restu atas perkawinan yang akan diselenggarakan. Setelah itu barulah dilaksanakan upacara pernikahan menurut agama Islam atau agama yang dianut kedua mempelai. Ngelewa Ini merupakan tahap akhir rangkaian upacara perkawinan. Kedua pengantin datang ke rumah orang tua pengantin wanita dengan membawa oleh-oleh berupa jajan atau pisang. Sebaliknya, orang tua biasanya memberi peralatan rumah tangga, seperti piring, sendok, dan tikar atau pakaian wanita yang tidak sempat dibawa waktu dilarikan. Bagi orang Bali di Lombok Barat, upacara ini disebut menango, sedangkan suku Sumbawa menyebutnya ngerang. Pada suku Sasak dan Bali kedua pengantin tidak disandingkan, tetapi diarak dengan juli, dan diiringi tetabuhan. Bila tidak diarak dengan juli, kedua pengantin berjalan kaki dengan diiringi tetabuhan. 7. Upacara Adat Kematian Upacara ini merupakan tahap akhir dari rangkaian upacara lingkaran hidup manusia. Di daerah Nusa Tenggara Barat jika seseorang meninggal, pihak keluarga segera minta air pada kyai yang disebut air ai’ pemaran. Air itu digunakan untuk mengusap muka mayat. Setelah itu, mayat ditidurkan telentang dengan posisi kepala di sebelah utara dan di kakinya diletakkan kemenyan. Segara setelah itu, pihak keluarga memberikan kabar kematian tersebut pada sanak saudara dan teman-teman dekat. Proses ini disebut bebada. Orang yang melakukan tugas tersebut dinamakan tukang bada. Seperti di daerah lainnya orang-orang pun berdatangan untuk melayat dan di Nusa Tenggara Barat ini disebut langgar. Kaum wanita biasanya membawa barang pelanggar berupa beras. Kaum laki-laki membantu tuan rumah, seperti membuat gorong batang keranda dan jangkih, menggali liang lahat, dan sebagainya. Kemudian mayat dimandikan di atas beruga. Jika yang meninggal seorang wanita, maka yang memandikannya kaum wanita. Sebaliknya, bila yang meninggal kaum laki-laki, maka yang memandikan kaum laki-laki. Setelah itu, mayat diletakkan di dalam keranda yang terbuat dari bambu. Bagi pemeluk agama Islam, mayat itu disholatkan di rumah atau di masjid. Akan tetapi, bagi orang Hindu ada yang dibakar ngaben yang disebut seme dan ada yang langsung dikubur. Sebelum mayat dikubur, biasanya diadakan upacara tepong tana di tempat pemakaman, yang dipimpin oleh seorang kyai. Terlebih dahulu kyai membaca doa lalu mencungkil tanah tempat mayat akan dikubur sebanyak tiga kali dengan menggunakan pisau kecil. Dalam bahasa Sasak upacara penguburan ini disebut nalet dengan mate. Selain upacara-upacara di atas, di Nusa Tenggara Barat masih ada beberapa jenis upacara lainnya, yang berhubungan dengan kegiatan hidup masyarakat sehari-hari. Upacara-upacara itu di antaranya sebagai berikut. 8. Upacara Ngentuni Ini merupakan upacara turun ke sawah pertama kali yang disertai dengan upacara menanam padi. Sebelumnya diadakan ngeramein gumi, yaitu mencangkul sudut sawah masing-masing tiga kali. Ini bertujuan untuk menghilangkan gangguan makhluk halus yang disebut bake dalam bahasa Lombok. Setelah itu, barulah ngentuni diadakan. 9. Upacara Bau Nyale Kata bau berasal dari bahasa Sasak yang berarti menangkap, sedangkan kata nyale berarti sejenis cacing laut yang hidup di lubang-lubang batu karang di bawah permukaan laut. Upacara Bau Nyale adalah sebuah peristiwa dan tradisi yang sangat melegenda dan mempunyai nilai sakral tinggi bagi suku Sasak. Keberadaan upacara Bau Nyale ini berkaitan erat dengan sebuah cerita rakyat yang berkembang di daerah Lombok Tengah bagian selatan. Menurut legenda dahulu ada seorang putri, bemama Putri Mandalika, yang sangat cantik. Banyak pangeran dan pemuda yang ingin menikah dengannya. Karena ia tidak dapat mengambil keputusan, ia terjun ke laut. Sebelumnya ia berjanji bahwa ia akan datang kembali satu kali dalam setahun. Rambutnya yang panjang kemudian menjadi cacing nyale tersebut. Menurut kepercayaan, banyaknya nyale yang dapat ditangkap merupakan ukuran keberhasilan panen yang akan datang. Upacara Bau Nyale diadakan secara turun-temurun oleh masyarakat Sasak. Ini merupakan upacara kesuburan. Baca juga 7 Tarian Tradisional Nusa Tenggara Barat Lengkap Penjelasannya Rumah Adat Nusa Tenggara Barat Lengkap, Gambar dan Penjelasannya Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat Lengkap, Gambar dan Penjelasannya
Ilustrasi Kebudayaan Nusa Tenggara Barat. Foto Tenggara Barat atau disingkat NTB adalah provinsi yang berada di bagian barat kepulauan Nusa Tenggara Indonesia. Provinsi ini memiliki 378 pulau kecil dan dua pulau pulau besar di Nusa Tenggara Barat yaitu Lombok yang mayoritas penduduknya merupakan suku Sasak dan pulau Lombok yang didominasi oleh suku Bima. Ibu kota provinsi Nusa Tenggara Barat adalah kota Mataram yang berada di Nusa Tenggara Barat sendiri memiliki beberapa kota dengan keanekaragaman budaya dan adat istiadat masing-masing. Ingin tahu apa saja keragaman di NTB? Simak ulasan lengkapnya di Kebudayaan Nusa Tenggara Barat. Foto Nusa Tenggara Barat yang BeragamDirangkum dari buku Ayo Mengenal Indonesia Nusa Tenggara oleh Taqiyya Putri NS, sama seperti darah lainnya, NTB juga memiliki suku, bahasa, rumah adat, pakaian, dan tarian daerah yang di Nusa Tenggara BaratAda banyak suku yang mendiami NTB seperti suku Sasak, Sumbawa, Bali, dan Jawa. Namun, mayoritas penduduk NTB adalah suku Sasak yang berasal dari Lombok. Sementara, kelompok etnis terbesar di Nusa Tenggara Barat adalah masyarakat Bima dan Daerah Nusa Tenggara BaratTercatat memiliki beberapa bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat Nusa Tenggara Barat, seperti bahasa daerah Sasak, Mbojo, Bojo dan Bali. Walaupun memiliki bahasa daerah yang beragam, sehari-harinya masyarakat setempat menggunakan bahasa Adat Nusa Tenggara BaratRumah adat dari Nusa Tenggara Barat yang paling terkenal yakni rumah adat sade berasal dari suku Sasak. Rumah adat ini terletak di desa Rembitan, Lombok Tengah. Sampai sekarang, masyarakat sekitar masih memegang teguh tradisi dan kelestarian rumah adat sade. Suku Sasak percaya bahwa untuk membangun rumah adat terdapat aturan yang harus dipatuhi. Misalnya waktu yang tepat untuk mendirikan rumah adat. Jika aturan tersebut diabaikan, akan ada nasib buruk ketika menempati rumah Adat Nusa Tenggara BaratPakaian adat suku Sasak bernama lambung. Pakaian ini dikenakan khusus oleh wanita pada waktu menyambut kedatangan tamu dan saat upacara adat mendakin atau lambung berwarna hitam dan memiliki bentuk kerah baju “V”. Pakaian ini dihiasi manik-manik pada tepian jahitan dan dilengkapi dengan selendang yang bercorak pada bahu kanan dan pakaian lambung merupakan kain panjang yang dililitkan pada pinggang. Pakaian ini juga dilengkapi aneka ragam aksesori seperti anting berbentuk bulat, gelang tangan dan bunga mawar yang terselip pada sanggulan Daerah Nusa Tenggara BaratTari oncer merupakan salah satu tari daerah suku Sasak. Tarian oncer dimainkan oleh tiga kelompok, di mana masing-masing kelompok terdiri dari 6-8 penari yang bertugas membaca kencang dan dua orang membawa gendang dan satu orang membawa lainnya yang perlu diketahui yakni bahwa, tari oncer selalu memerankan sosok laki-laki karena tari ini menggambarkan suasana perang. Namun, perannya bisa dilakukan oleh semua gender. Alat musik yang digunakan saat mementaskan tari ini adalah gendang, gong, ceng-ceng, rincik, suling, dan reong.
Rumah Adat NTB – Indonesia memiliki berbagai macam rumah adat sebagai warisan bangsa. Setiap rumah adat dibangun dengan ciri khas dan identitas dari setiap daerah di Indonesia. Seperti halnya di Nusa Tenggara Barat, terdapat rumah adat NTB yang unik dan khas. Rumah adat NTB dibangun dengan karakteristik tertentu sesuai kepercayaan suku yang mendiami daerah tersebut. Rumah-rumah yang dibangun dengan bahan material sederhana namun cukup memberikan peranan penting bagi kelangsungan hidup masyarakat tersebut, yakni suku Sasak. Kira-kira bagaimana penjelasan lengkap mengenai rumah adat NTB? Dan bagaimana keunikan dari bangunan tradisional tersebut? Yuk mari kita simak selengkapnya pada penjelasan di bawah ini. Rumah Adat NTB Bale Lumbung Rumah adat NTB Di provinsi Nusa Tenggara Barat, terdapat rumah tradisional khas daerah NTB. Di sana terdapat beberapa rumah tradisional sebagai warisan leluhur masyarakat yang mendiami tanah Sumbawa, yakni suku Sasak, suku Bima, dan suku Sumbawa. Rumah adat NTB merupakan bangunan unik dan khas. Setiap rumah dibangun dengan aturan-aturan sesuai dengan adat istiadat dan kepercayaan masyarakat setempat. Setiap bangunan adat di NTB juga dibangun dengan nilai-nilai filosofis yang diyakini suku yang mendiami, sehingga tidak heran jika rumah adat NTB dibangun tidak sembarangan dan menjadi identitas masyarakat tersebut. Mengenal 6 Jenis Rumah Adat NTB Rumah adat NTB dibedakan menjadi 6 jenis rumah. Kelima rumah adat tersebut meliputi rumah adat Bale, rumah adat Bale Lumbung, rumah adat Bale Jajar, rumah adat Bale Bonder, rumah adat Dalem Loka, dan rumah adat Berugaq Sekapat. Adapun penjelasan mengenai keenam jenis rumah tersebut adalah sebagai berikut. No Rumah Adat Nusa Tenggara Barat 1 Rumah Adat Bale 2 Rumah Adat Bale Lumbung 3 Rumah Adat Bale Jajar 4 Rumah Adat Bale Bonder 5 Rumah Adat Dalem Loka 6 Rumah Adat Berugaq Sekapat Rumah Adat Bale Rumah Adat Bale Rumah adat NTB yang pertama adalah rumah adat Bale. Rumah Bale merupakan rumah tradisional bagi suku Sasak. Bangunan tradisional ini berada di desa Sade, Lombok Tengah. Sampai saat ini, di Desa Sade masih menjaga kelestarian dan keaslian dari rumah adat tersebut. Suku Sasak membangun rumah tradisional Bale tidaklah sembarangan, mereka membangun rumah adat tersebut dengan memperhatikan nilai-nilai aturan yang mereka percayai. Salah satu aturan yang mereka percayai adalah aturan kapan waktu yang tepat untuk mendirikan rumah, jika aturan tersebut dilanggar, maka niscaya akan mendapati nasib buruk ketika menghuni rumah tersebut. Desa Sade sendiri merupakan desa yang memiliki kebudayaan telah banyak diketahui oleh para wisatawan lokal bahkan hingga ke mancanegara. Di sana juga terdapat beragam kebudayan lain khas Nusa Tenggara Barat. Rumah Adat Bale Lumbung Rumah Adat Bale Lumbung Rumah adat NTB yang kedua adalah rumah adat Bale Lumbung. Rumah Bale Lumbung bukan merupakan bangunan tempat tinggal, melainkan bangunan yang berfungsi sebagai tempat menyimpan barang. Biasanya hasil panen dari ladang atau sawah disimpan di rumah adat NTB tersebut, salah satunya adalah padi yang disimpan sementara di rumah Bale Lumbung. Bangunan Bale Lumbung dibangun dari material yang sederhana dan bahan yang cukup mudah dicari di Maluku. Pada bagian atap Bale Lumbung dibuat dari bahan jerami sebagai penutup seluruh bagian rumah. Sementara pada bagian dalam dinding, rumah dibuat dari bahan anyaman bambu yang disusun berjajar secara rapi. Bentuk rumah adat ini cukup unik. Jika dilihat dari penampakan luar, bentuk Bale Lumbung ini mirip dengan topi para perompak di lautan, dengan bentuk agak bulat dan tinggi. Rumah Bale Lumbung dibangun dengan mengusung konsep rumah panggung. Bentuk bangunan tersebut dipilih sebagai antisipasi adanya tikus atau banjir yang kerap melanda pulau NTB. Rumah Adat Bale Jajar Rumah Adat Bale Jajar Rumah adat NTB selanjutnya adalah rumah Bale Jajar. Rumah tradisional Bale Jajar tergolong rumah hunian bagi masyarakat setempat di NTB, yakni suku Sasak. Jika dilihat dari struktur bangunan, terdapat dua ruang utama yang bisa ditemukan di Bale Jajar ini. Ruang pertama disebut dengan Sesangkong yang biasanya digunakan sebagai tempat penyimpanan persediaan pangan. Menurut adat NTB, Sesangkong memiliki fungsi yang sama seperti dapur. Ruang kedua pada rumah Bale Jajar adalah ruang Dalem Bale. Ruang tersebut merupakan ruang utama yang biasa digunakan sang pemilik rumah. Sama halnya dengan bangunan Bale Lumbung, rumah adat Bale Jajar dibangun dengan bahan material yang cukup sederhana. Bentuk rumah adat ini tergolong rumah adat dengan desain normal. Atap Bale Jajar menggunakan bahan jerami dan dindingnya menggunakan bahan anyaman bambu. Rumah Adat Bale Bonder Rumah Adat Bale Bonder Rumah adat Bale Bonder merupakan salah satu rumah adat NTB. Rumah Bale Bonder tergolong rumah dengan bangunan paling besar di NTB. Rumah Bale Bonder memiliki ukuran dengan mencapai luas 50 meter persegi. Ukuran bangunan yang besar ini dipilih karena sebagai hunian bagi para tokoh adat di daerah tersebut. Tokoh adat bisa disetarakan sebagai para perangkat desa atau dusun di sekitar wilayah tersebut. Oleh karena itu, rumah Bale Bonder ini dibangun di setiap wilayah seluas desa atau dusun. Desain bangunan Bale Bonder mirip dengan bangunan Bale Jajar. Pada rumah adat NTB ini terdapat satu ruang khusus bagi pemilik rumah. Ruang khusus tersebut biasa digunakan jika ada hal penting yang harus diputuskan melalui musyawarah bersama. Secara khusus ruangan ini juga disebut sebagai ruang pengadilan jika terjadi kasus di wilayah desa atau dusun tersebut. Karena ukuran bangunan Bale Bonder tergolong besar, maka Bale Bonder membutuhkan beberapa tiang penyangga. Diketahui bahwa Bale Bonder menggunakan setidaknya minimal delapan sampai sepuluh tiang penyangga bangunan. Akan tetapi terdapat beberapa Bale Bonder yang bahkan dilengkapi tiang sebanyak 20 tiang penyangga. Hal ini merupakan kondisi khusus bangunan yang dibangun memiliki luas yang sangat besar dibandingkan bangunan Bale Bonder pada umumnya. Rumah Adat Dalem Loka Rumah Adat Dalem Loka Rumah adat NTB yang berikutnya adalah rumah adat Dalem Loka. Rumah Dalem Loka merupakan tempat tinggal para raja. Nama Dalem Loka diambil dari bahasa daerah Sumbawa yang memiliki arti istana. Istana Dalem Loka dibangun pertama kali pada tahu 1885 oleh Sultan Muhammad Jalalludin III yang memerintah Kerajaan Sumbawa pada 1883 sampai 1931 Dahulu, rumah Dalem Loka difungsikan sebagai pusat pemerintahan dan juga tempat tinggal bagi para sultan yang berasal dari NTB. Sehingga bangunan Dalem Loka dapat dikatakan sebagai bangunan terbesar khas dari NTB. Rumah adat Dalem Loka merupakan rumah panggung dengan luas mencapai 904 meter persegi. Sehingga tidak heran rumah ini disebut dengan istana Dalem Loka, karena bangunannya yang luas dan megah. Pembagian ruang pada rumah Dalem Loka dibedakan berdasarkan tiga bagian, yakni bagian dalam, bagian depan, dan bagian luar. Bagian dalam, terdapat wilayah barat, timur, dan utara yang biasa digunakan sebagai tempat beribadah dan tempat berkumpul keluarga raja beserta sang permaisuri. Pada bagian depan rumah, terdapat Lunyuk Mas dan Lunyuk Agung. Kedua ruang tersebut biasa digunakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan adat istiadat masyarakat setempat. Serta di bagian luar, terdapat gapura besar dan lonceng. Keduanya merupakan benda yang digunakan sebagai penyambut tamu yang datang. Serta terdapat kebun luas pada bagian luar rumah. Rumah adat NTB jenis ini mengusung konsep rumah panggung pada desain bangunannya. Rumah Dalem Loka ditopang oleh tiang penyangga. Tidak tanggung-tanggung, bangunan ini ditopang tiang sebanyak 99 tiang. Jumlah tiang sebanyak 99 merupakan lambang dari jumlah Asmaul Husna. Selain itu, 99 tiang tersebut diyakini sebagai penopang segala masalah dunia yang dihadapi manusia. Rumah Adat Berugaq Sekapat Rumah Adat Berugaq Sekapat Rumah adat Berugaq Sekapat adalah salah satu rumah adat NTB, meskipun beberapa orang tidak meyakini bahwa rumah Beguraq Sekapat adalah rumah tradisional khas NTB. Akan tetapi bangunan ini mempunyai kegunaan yang cukup penting pada zaman dahulu, yakni sebagai tempat untuk menerima orang asing yang baru saja menginjakkan kaki di desa tersebut. Bentuk dari rumah adat Beguraq Sekapat menyerupai bentuk pondok kecil atau saung, karena bangunannya relatif kecil dan terbuka. Rumah Beguraq Sekapat memiliki luas tidak lebih dari 5 meter persegi dengan dilengkapi dengan empat tiang penyangga di setiap sudut bangunannya. Rumah adat Beguraq Sekapat merupakan bangunan terbuka tanpa dinding. Dengan dasar inilah, rumah adat Beguraq Sekapat dianggap sebagai bukan merupakan salah satu rumah adat yang ada di daerah NTB. Orang juga bertanya Apa rumah adat NTT? Pakaian tradisional NTB apa? Bahasa NTB apa? Bagaimana bentuk rumah adat NTB? Penutup Demikian penjelasan mengenai rumah adat NTB yang berhasil romadecade tulis buat kamu. Semoga tulisan sederhana ini mampu mengenalkan kita pada Indonesia beserta budayanya, tentunya semoga menambah rasa cinta kita kepada Indonesia. Rumah Adat NTBSumber Refrensi
adat istiadat nusa tenggara barat